Minggu, 24 Februari 2013

Peran Kewirausahaan Dalam Perekonomian Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Krisis yang melanda bangsa Indonesia sejak tahun 1996 tidak hanya berpengaruh terhadap dunia usaha, tetapi juga berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat luas. Dunia kerja semakin sempit, sementara masyarakat yang membutuhkan lapangan kerja semakin meningkat. Pengangguran yang disebabkan ketiadaan lapangan kerja pada akhirnya menjadi beban masyarakat juga. Pengangguran ini akibat dari semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan terutama di kota-kota besar.
Masyarakat yang tinggal di perkotaan sering mengharapkan mendapat pekerjaan formal di kantor-kantor, sementara penawaran pekerjaan di sektor formal sangat terbatas. Tuntutan kualitas sumber daya manusia makin lama makin tinggi dan menuntut kekhususan yang lebih sulit untuk dipenuhi. Lapangan kerja yang terbatas membuat orang mencari jalan untuk bertahan hidup agar dapat hidup layak. Dengan melihat situasi tersebut maka sektor informal merupakan alternatif yang dapat membantu menyerap pengangguran. Berwirausaha merupakan satu alternatif jalan keluar terbaik. Wirausaha adalah seseorang yang berkemauan keras melakukan tindakan yang bermanfaat. Wirausaha juga didefinisikan sebagai orang yang memiliki gaagasan dan mengelola serta menjalankan gagasannya tersebut. Kewirausahaan ialah kemampuan menggerakkan orang-orang dan berbagai sumber daya untuk berkreasi, mengembangkan dan menerapkan solusi terhadap berbagai masalah agar dapat menciptakan makna dan memenuhi kebutuhan manusia.
Berdasarkan situasi diatas, kehadiran dan peranan wirausaha tentu saja akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan ekonomi di Indonesia sekarang ini. Menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang mengumpulkan sumber – sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang – peluang tersebut. Dengan meningkatnya kewirausahaan, diharapkan perekonomian di Indonesia juga meningkat.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini adalah bagaimana keterkaitan antara perkembangan kewirausahaan dengan perekonomian di Indonesia, apa saja pengaruh positif perkembangan kewirausahaan terhadap tingkat perekonomian Indonesia, serta apakah resiko wirausahawan dalam pengembangan bisnis.
Dengan demikian, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis sampai berapa jauh keterkaitan antara  perkembangan kewirausahaan dengan perekonomian di Indonesia, untuk mengetahui pengaruh positif perkembangan kewirausahaan terhadap tingkat perekonomian Indonesia, serta untuk mengetahui resiko wirausahawan dalam pengembangan bisnis di Indonesia.
Bagi pengusaha, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bahwa tingkat keinginan untuk berwirausaha akan menjadi penentu kelangsungan hidup usaha tersebut. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu menambah wawasan pengembangan ilmu mengenai kewirausahaan dan pengaruhnya terhadap perekonomian di Indonesia, serta meningkatkan kesadaran pembaca untuk berwirausaha dalam rangka meningkatkan perekonomian di Indonesia.









BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Tentang Kewirausahaan
Beberapa decade ini telah terjadi perubahan sosial dan ekonomi yang sangat pesat sebagai akibat dari proses globalisasi dalam berbagai sektor. Di sisi lain keprihatinan pun muncul oleh adanya inflasi, pengangguran, serta dilema ekologi untuk memperoleh gol ekologis dan daya dukung ekonomi serta keseimbangan di planet bumi ini. Hal tersebut menuntut adanya kepemimpinan yang kreatif dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang rumit. Generasi sekarang dan berikutnya dituntut untuk mampu dan terlatih untuk menghadapi hal ini dan berbagai perubahan sosial serta kebutuhan manusia.
Di negara yang dilanda keterpurukan dalam berbagai aspek seperti Indonesia sekarang ini, kekurangan pangan dan bencana kelaparan serta tragedi kemanusiaan sering terjadi. Kondisi seperti ini mengakibatkan hilangnya kepercayaan atas kemampuan diri dan kemampuan mengelola masa depan.
Melihat fakta-fakta di atas tentang kehidupan ekonomi yang tidak berjalan dengan baik, sejauh mana relevansi kewirausahaan dapat memberikan solusi ekonomi, lingkungan, sosial maupun masalah kemanusiaan. Kewirausahaan memiliki peranan yang sangat penting dalam segala dimensi kehidupan ini. Masyarakat yang dibangun kembali memiliki vitalitas dan energi yang bermula dari aktivitas kewirausahaan.
B. Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah kemampuan menggerakkan orang-orang dan berbagai sumber daya untuk berkreasi, mengembangkan dan menerapkan solusi terhadap berbagai masalah agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Suatu masyarakat yang didalamnya terdapat orang-orang yang memiliki jiwa kewirausahaan akan mampu merespon perubahan kebutuhan dan realitas. Jiwa kewirausahaan ini ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk mengambil inisiatif dan bersifat kreatif serta inovatif dalam mengelola orang dan sumber daya agar tercapai hasil yang memuaskan. Wirausahawan merupakan agen dari perubahan sosial, politik dan ekonomi.
Pada umumnya, orang mengasosiasikan jiwa kewiraushaan adalah perintis perusahaan di sektor ekonomi. Sesungguhnya jiwa kewirausahaan dapat tumbuh dan berkembang dalam sektor atau organisasi non ekonomi seperti : organisasi komunitas yang baru, pusat rehabilitasi yang baru, atau institusi baru di bidang seni. Karakter unik dari kewirausahaan adalah merintis dan membangun sesuatu yang baru dan lebih efektif dibandingkan dengan meneruskan sesuatu yang sudah ada.
C. Keterkaitan antara Perkembangan Kewirausahaan dengan Perekonomian
Selama dua tahun belakangan ini, kondisi Indonesia di berbagai bidang tidak menunjukkan perubahan berarti.  Kebijakan pemerintah masih simpang siur, hukum semakin tidak jelas, musibah di mana-mana, dan kondisi sosial kian tidak menentu.  Di bidang ekonomi, tidak ada perubahan kearah yang lebih baik. PHK tetap berlangsung karena banyak wirausahawan tidak lagi berminat memulai atau mengembangkan usahanya, dan para investor asing sudah banyak yang memutuskan untuk memindahkan usahanya ke negara lain yang lebih menjanjikan.
Di sisi lain, jumlah populasi dengan usia produktif tidak bisa begitu saja menganggur. Hidup tetap harus berjalan dan penghasilan tetap mesti dicari untuk menutupi biaya hidup yang kian mahal.  Berbagai ide bisnis bermunculan dan di diskusikan dalam berbagai forum pertemuan baik formal maupun informal.  Sebagian ide tersebut memang hanya merupakan “mimpi yang indah” tetapi sebagian lagi ditanggapi dengan antusiasme yang tinggi. Dari hal ini terlihat bahwa masyarakat kita justru merasa terpacu ketika dihadapkan pada suatu krisis yang berkepanjangan. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan David Fagin (dalam buku Crouch, tahun 2002), yang mengatakan bahwa sebagian besar tantangan dapat dihadapi dengan kreativitas. Tanpa kreativitas, problem jarang  menjelma menjadi kesempatan.
Sumbangan kewirausahaan terhadap pembangunan ekonomi suatu negara tidaklah disangsikan lagi. Suatu negara agar dapat berkembang dan dapat membangun secara ideal, harus memiliki wirausahawan sebesar 2% dari jumlah penduduk (PBB). Wirausahawan yang dimaksud adalah yang sesuai dengan kriteria memiliki keahlian profesional, memiliki karakter entrepreneur yang kuat, memiliki motivasi berprestasi tinggi (McClelland) dan kemampuan berinovasi (Drucker) serta kemampuan dalam berafiliasi atau membangun aliansi.
D. Pengaruh Positif Kewirausahaan
Dampak positif sosio-ekonomis dengan adanya wirausaha yaitu menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan pemerataan pendapatan, memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas nasional, serta meningkatkan kesejahteraan pemerintahan melalui  program pemerintahan, seperti pajak dan lain-lain.
Hendra Esmara mengemukakan gagasan pengukuran pembangunan Indonesia yang terdiri dari tiga komponen. Ketiga komponen tersebut adalah penduduk dan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, serta pemerataan dan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan gagasan tersebut maka kewirausahaan dapat meningkatkan pembangunan Indonesia karena kewirausahaan dapat menyediakan lapangan pekerjaan sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Michael P. Todaro, sumber kemajuan ekonomi bisa meliputi berbagai macam faktor, akan tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa sumber-sumber utama bagi pertumbuhan ekonomi adalah adanya investasi-investasi yang mampu memperbaiki kualitas modal atau sumber daya manusia dan fisik, yang selanjutnya berhasil meningkatkan kuantitas sumber daya produktif dan yang bisa menaikkan produktivitas seluruh sumber daya melalui penemuan-penemuan baru, inovasi, dan kemajuan teknologi. Berdasarkan pendapat tersebut, kewirausahaan dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Dengan adanya dampak positif wirausaha tersebut, maka pencari lapangan kerja yang semula hanya berminat pada sektor formal diharapkan merubah pandangannya dan beralih pada sektor informal. Menurut Stephen R. Covey, perubahan tersebut seringkali merupakan proses yang menyakitkan. Ia merupakan perubahan yang harus dimotivasi oleh suatu tujuan yang lebih tinggi, oleh kesediaan untuk menomorduakan apa yang anda pikir anda inginkan sekarang untuk apa yang anda inginkan di kemudian hari.
E. Manfaat kewirausahaan terhadap Sosial
Kewirausahaan memiliki empat manfaat sosial; memperkuat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan produktivitas, menciptakan teknologi, produk dan jasa baru, serta mengubah dan meremajakan pasar.
·         Pertumbuhan Ekonomi. Dengan kewirausahaan, dapat menciptakan lowongan pekerjaan baru bagi masyarakat. Contohnya dalam bidang elektronika yang berdiri kurang dari 5 tahun akan lebih menciptakan pekerjaan daripada perusahaan yang sudah berdiri lebih dari 20 tahun. Dengan meningkatnya penciptaan pekuang atau lapangan pekerjaan baru akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
·         Produktivitas. Yaitu kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dengan tenaga kerja dan input lain yang lebih sedikit. Fungsi wirausaha adalah menjalankan aset organisasi untuk mendesain, menguji dan menghasilkan produk baru.
·         Teknologi, Produk dan Jasa baru. Kewirausahaan memainkan peran penting dalam memajukan perubahan teknologi, produk dan jasa inovatif. Contoh usaha inovatif yang dihasilkan dari kewirausahaan misalnya: penemuan radio FM, penisilin, mesin fotocopy, bolpen dan lain-lain. Kewirausahaan juga menciptakan revolusi industri pada abad kedelapan belas, yaitu industri penenunan kain dari kapas di Inggris yang awalnya diimpor dari India. Karena kapasitas mesin terbatas, maka kuantitas kain yang dihasilkan tidak maksimal. Proses yang panjang dari penenunan kain tersebut pada akhirnya menciptakan suatu mesin pintal yang meningkatkan kapasitas produksi.
·         Perubahan Pasar. Dengan globalisasi akan menciptakan pasar baru yang sebelumnya tidak mendapat perhatian dari pengusaha lain. Contohnya pasar komputer yang awalnya dikuasai oleh IBM mendapat pesaing dari microsoft serta Apple computer.
F. Resiko Wirausahawan dalam Pengembangan Bisnis
Seiring dengan perkembangan usaha yang biasanya diikuti dengan perubahan gaya manajemen, maka pada saat yang sama para wirausahawan dihadapkan pada berbagai resiko.
Pada dasarnya ada dua resiko yang dihadapi oleh para wirausahawan ketika diberikan kesempatan untuk mengembangkan usahanya. Kedua resiko tersebut adalah resiko riil, yaitu resiko yang terlihat, bisa dihitung, bisa diantisipasi dan bisa dihindari dan resiko psikologis, yaitu resiko yang tidak terlihat, tidak bisa dihitung, bisa diantisipasi, tetapi belum tentu bisa dihindarkan.

a)      Risiko Riil, adalah risiko yang terlihat, bisa dihitung, bisa diantisipasi dan bisa dihindari. Termasuk dalam risiko ini adalah:
·         Kehilangan modal baik yang sudah ditanam dan akan ditanamkan ke dalam perusahaan
·         Kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan, di masa sekarang ataupun masa depan
·         Kehilangan mata pencaharian untuk menutupi kebutuhan sehari-hari
·         Kehilangan kendali atas kekuasaan yang selama ini dimilikinya (decision-making) karena ada pengalihan gaya bisnis keluarga menjadi gaya bisnis profesional
b)      Risiko Psikologis, adalah risiko yang tidak terlihat, tidak bisa dihitung, bisa diantisipasi, tetapi belum tentu bisa dihindarkan. Termasuk dalam risiko ini adalah:
·         Kehilangan reputasi (hilang muka, nama besar, citra, dsb) dan risiko menanggung malu
·         Kehilangan kepercayaan pada diri sendiri dan pada orang lain (Menjadi paranoid atau blind-dependency)
·         Kehilangan perasaan mampu yang akan menyebabkan hilangnya rasa percaya diri
·         Kehilangan jati diri (terutama bagi mereka yang sudah menganggap keberadaan perusahaan sebagai keberadaan dirinya sendiri)
·         Kehilangan motivasi untuk berjuang
Dari keempat risiko riil yang dihadapi oleh seorang wirausahawan seperti yang disebutkan di atas, risiko yang seringkali terlewatkan dan tidak dipertimbangkan secara mendalam adalah risiko terakhir, yaitu kehilangan kendali atau kekuasaan karena perubahan gaya bisnis keluarga ke gaya bisnis profesional. Banyak wirausahawan yang menganggap hal ini bukan sebuah risiko yang harus dipertimbangkan dan tetap memaksakan untuk mempertahankan gaya bisnis lama ke dalam perusahaannya. Kenyataannya, gaya ini seringkali tidak bertahan lama dan mungkin akan membawa kerugian lain (kehilangan kesempatan). Di lain pihak penerapan gaya bisnis tersebut justru membuat para profesional tidak dapat memberikan kemampuan terbaik yang mereka miliki.
Dampak utama dari pengabaian resiko tersebut adalah perusahaan yang lamban berkembang dan sumberdaya yang ada menjadi tidak efisien. Revenue perusahaan tetap tetapi cost menjadi lebih tinggi karena adanya investasi baru dan menyebabkan menurunnya keuntungan. Selain itu, para pekerja menjadi bingung karena banyak keputusan yang ambivalen dan tidak jelas arahnya sesuai dengan kebingungan dan ketidak-jelasan sikap wirausahawan. Ibaratnya, perusahaan menjadi sebuah mobil mewah dengan kapasitas 4000 cc dengan harga beli miliaran tetapi hanya bisa digunakan beberapa kali saja saat liburan karena beban biaya untuk digunakan di Jakarta ketika jam bubaran kantor di tengah hujan rintik sangat tinggi. Akibatnya, si pemilik akan mengencangkan ikat pinggang dan berusaha menekan pengeluaran lain, biasanya pengeluaran variabel, seperti gaji, fasilitas, dan logistik demi mempertahankan cash-flownya. Keuntungan akan menjadi kerugian dan pemilik akan merasa kelelahan sendiri karena bekerja lebih keras hanya untuk menutupi biaya yang bertambah besar itu.
Menurut Walter Wriston (dalam buku Chouch, tahun 2002), kehidupan merupakan proses pengaturan resiko, bukan penghapusannya. Keluhan-keluhan seperti yang disebutkan di atas seharusnya tidak perlu terjadi jika para wirausahawan sudah mempersiapkan infrastruktur sumber daya manusia sejak keputusan pengembangan perusahaan dibuat. Dalam kenyataannya, perencanaan SDM ini jarang dilakukan oleh para wirausahawan bahkan seringkali dilupakan. Penempatan para profesional di dalam perusahaan menjadi proses tambal sulam, akibatnya pembajakan terhadap tenaga profesional sering terjadi, padahal belum tentu profesional hasil bajakan tersebut tepat dengan kebutuhan perusahaan, akhirnya tidak jarang wirausahawan menjadi kecewa.
Menurut pendapat Douglas Mc Gregor (dalam buku Sadarachmat, tahun 2001), ada dua jenis teori yang menunjukkan sifat-sifat manusia dalam bekerja, yaitu teori X dan teori Y. Teori X berasumsi bahwa pada dasarnya manusia itu pemalas, selalu berusaha sedikit mungkin, tidak mempunyai ambisi, tidak ingin berinisiatif yang mereka inginkan hanyalah rasa aman, tidak mempunyai tanggung jawab. Sedangkan teori Y berasumsi bahwa manusia pada dasarnya tidak menentang kebutuhan berorganisasi dan memandang bahwa bekerja sebagai suatu kegiatan yang wajar atau kebutuhan, seperti halnya makan, tidur, istirahat, dan sebagainya. Manusia salalu siap dan ingin memikul tanggung jawab. Berdasarkan teori tersebut, kita bisa membayangkan jika asumsi-asumsi mengenai teori X tersebut berada di sekeliling kita, betapa beratnya dan sukarnya mengurus suatu organisasi. Hal ini lah yang menghambat perkembangan kewirausahaan.
G. Kendala dalam berwirausaha
Mengapa begitu sulit bagi seorang wirausahawan menyerahkan kendali perusahaan kepada para profesionalnya? Jawabnya adalah karena banyak diantara mereka merasa frustrasi dengan para profesional yang seringkali bersikap arogan dan tidak nyambung dengan kebutuhan, visi dan misi si wirausahawan. Frustrasi para pemilik ini lalu dilontarkan sebagai keluhan bahwa mencari manajer atau orang yang tepat sangat sulit, apalagi mencari orang yang memiliki profesionalisme yang tinggi. Berikut adalah beberapa contoh kendala yang sering dikeluhkan oleh para pengusaha:
·         Kita bukannya tidak mau memberikan wewenang dan tanggungjawab kepada para profesional tetapi tolonglah carikan orang yang tepat. Kita sering kecewa dengan para manager.
·          kitasulit untuk berbisnis besar di Indonesia karena kualitas sumberdaya manusianya begitu rendah sehingga tidak mungkin produktivitas itu tinggi
·         Yang paling susah punya bisnis di Indonesia adalah urusan ketenaga-kerjaan; susah sekali mengatur orang, sudah malas, bodoh, tidak mau mengerti, bisahanya menuntut, dan harus diatur dengan keras karena seringkali diberi hati malah minta ampela.
Keluhan-keluhan seperti yang disebutkan di atas seharusnya tidak perlu terjadi jika para wirausahawan sudah mempersiapkan infrastruktur sumber daya manusia sejak keputusan pengembangan perusahaan dibuat. Seperti halnya dalam perencanaan keuangan, sumberdaya ini harus dibuat secara rinci dan jelas mengikuti rencana pengembangan perusahaan. Hal-hal yang harus dipikirkan adalah arah pengembangan perusahaan, ruang lingkup & fungsi SDM yang dibutuhkan (manager lini atau eksekutif puncak), kualitas yang sesuai dengan visi dan keadaan perusahaan, wewenang & tanggung jawab yang dia akan miliki, jenis kepribadian yang sesuai dengan perusahaan dan wirausahawan, dsb.
Dalam kenyataannya, perencanaan SDM ini jarang dilakukan oleh para wirausahawan bahkan seringkali dilupakan. Hal yang lebih sering terjadi adalah SDM baru dicari dan direkut ketika kebutuhan untuk itu sudah sangat mendesak, sehingga proses pencarian profesional seringkali tidak efektif, karena dilakukan tergesa-gesa dan tanpa perencanaan yang matang. Penempatan para profesional di dalam perusahaan menjadi proses tambal sulam. Akibatnya, pembajakan terhadap tenaga profesional sering terjadi, padahal belum tentu profesional hasil bajakan tersebut tepat dengan kebutuhan perusahaan, mengingat kondisi dan iklim kerja yang berbeda. Akhirnya tidak jarang si wirausahawan menjadi kecewa apalagi ditambah dengan biaya rekrutmen yang biasanya cukup tinggi. Idealnya proses rekrutmen dan seleksi tentu harus melalui beberapa tahapan, termasuk perencanaan dan standard kualitas SDM yang rinci, agar perusahaan bisa mendapatkan para profesional yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut.


















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehadiran dan peranan wirausaha akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan ekonomi di Indonesia sekarang ini karena wirausaha dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meningkatkan pemerataan pendapatan, memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas nasional, serta meningkatkan kesejahteraan pemerintahan. Dengan demikian, meningkatnya perkembangan kewirausahaan dapat meningkatkan perekonomian di Indonesia.
B. Saran
Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh perkembangan kewirausahaan terhadap tingkat perekonomian Indonesia , maka disarankan wirausaha dapat menjadi alternatif dalam usaha pengentasan kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Pemerintah diharapkan dapat mendukung kemajuan kewirausahaan di Indonesia dengan cara memberikan bantuan modal sehingga wirausahawan dapat mendirikan usaha tanpa halangan mengenai biaya modal. Pencari lapangan kerja yang semula hanya berminat pada sektor formal juga diharapkan merubah pandangannya dan beralih pada sektor informal yaitu wirausaha.




DAFTAR PUSTAKA
Covey, Stephen R. 1997.  The 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta : Binarupa Aksara.
Crouch, Van. 2002. Buku Saku Para CEO (Chief Executive Officer). Jakarta : Harvest Publication House.
Esmara, Hendra. 1986. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia.
Sadarachmat, Duduh. 2001. Bunga Rampai Manajemen. Surabaya : Majalah Mitra.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Ketujuh. Jakarta : Erlangga.

1 komentar:

  1. trimakasih dengan ini saya bisa selesaikan tugas individu saya dan saya lebih *some text missing*

    BalasHapus

Peraturan untuk berkomentar:
-dilarang men-spam
-dilarang menggunakan kata-kata kasar
-sopan santun sangat dibutuhkan
Terimakasih