Minggu, 29 September 2013

Tentang Aku, Dia dan Jarak

"Mungkin ada banyak orang yang berkomentar atas pilihanmu, tapi tak usah takut ini yang terbaik untukmu.. yakinlah ada harga yang harus kau bayar untuk mendapatkan pencapaian kebahagiaanmu,,, tidak mudah memang , tapi kau akan menuai hasilnya. Bukan mereka yang merasakannya,, bukan mereka pula yang mengerti siapa dirimu dan dirinya." Itu yang selalu aku ucapkan ketika bercermin.

Ada apa ini ? iya.... setelah dia memilih untuk pergi dalam perantauan, disini aku malah tetap bertahan pada perasaan ini untuknya. Banyak yang bertanya .. MENGAPA?? Dan banyak juga yang menyuruh untuk mencari yang lain.. Bukan itu, sungguh bukan itu yang aku butuhkan .

Dia memang pergi , tapi dia pergi untuk mempersiapkan masa depan kami, Dia memang belum berani "melamarku" karena aku masih belum menjadi siapa-siapa. pasti kalian akan berkata " Dia menikahiku hanya saat aku mapan", tapi aku tau ini adalah cara dia membuat orang tuaku bangga dan bahagia karena telah berhasil membuatku menjadi "seseorang" sebelum nanti mengabdi padanya. mapan bukanlah tentang materi atau kekayaan, tapi mental dan kedewasaan, kebesaran hati menerima apapun yang ada pada dirinya , begitupun sebaliknya.

Dia jauh, tapi aku percaya pada perasaan kami yang akan selalu dijaga oleh ALLAH.mempercayakan segala sesuatunya akan menjadi baik karena telah melibatkan Allah, dan semua pasti akan indah pada waktunya.

Kalian pasti akan berteriak "Lebay!!!!"  mungkin saja aku atau dia akan meninggalkan perasaan ini karena terdapat jarak dan kehilangan komunikasi, kami sangat menyadari bahwa banyak hal yang bisa terjadi dala satu detik.

Jawabanya: Kalaupun dia yang meninggalkanku.. itu adalah urusan dia dengan Allah karena telah mengingkari janji... Dia yang berjanji menjaga persaan ini sampai tepat pada waktunya. Dan urusanku hanya memberikan pikiranku makanan bernama positif , bahwa ini adalah cara Allah menunjukkan bahwa kami tidak berjodoh. kalaupun memang bukan jodohnya, aku tetap puas karena ini usaha kami yang terbaik. KAMI bukan aku atau dia saja yang berusaha, tapi toh usaha ini telah melibatkan Allah.

Tapi jika aku yang akhirnya meninggalkannya .... hmmmm bukannya tidak ingin disalahkan, tapi bajgaimana bisa aku meninggalkannya, jika hanya dia yang mengajarkanku tentang arti kedewasaan. Bagaimana bisa aku mencari penggantinya jika hanya dia yang menerima fisikku seperti ini. Lalu bagaimana bisa aku memulai dengan orang baru jika hanya dia yang mampu menerima kekuranganku... Bagaimana bisa aku menunggu yang lain jika hanya dia yang mengajariku tentang kesabaran dalam menunggu.
Masih belum punya alasan mengapa aku harus memilih yang lain...

Dengan saling menjaga perasaan ini dan tidak lupa mencintai Allah dan selalu melibatka_Nya dalam segala keputusan. insya Allah kami akan dipersatukan dalam ikatan yang disebut pernikahan. Amin Amin Allahuma Amin...

Jarak tidaklah berarti jika komunikasi bisa terjaga, kita hanya perlu berusaha mematikan rasa takut dan menutup telinga dari omongan orang yang menggoyahkan keyakinan. Aku percaya ini cara terbaik saat ini untuk aku dan dia yang disana...



Aku

Aku masih bingung apa yang sedang terjadi dalam hidupku, begitu banyak kejadian-kejadian ajaib yang terlahir dari setiap momen-momen tak terduga, aku berusaha menyelami satu per satu, memahaminya selayaknya nalar manusia tapi terlalu sulit, mungkin memang tak sepantasnya aku kekeh dalam ambisius, ada jalan-jalan yang Allah rahasiakan untuk aku jalani tanpa harus memaksa tau rencanaNya apalagi protes atas kehendak-Nya.

Aku bukanlah penyembah yang taat, aku juga bukan hamba yang patuh , namun setidaknya aku mengerti bahwa bersama_Nyalah segala sesuatu bisa terjadi, aku meyakini itu ...tentang takdir, hidup dan semua yang terjadi semua atas persetujuan_Nya.

Siapa yang tau jika semua akan seperti ini, siapa yang mengerti jika aku akan terperangkap dalam konflik-konflik yang 22 tahun tak mampu aku pecahkan , aku tidak pernah memilih berada dalam posisi ini namun kembali pada takdir yang tak mampu aku hindari, pada hal yang hanya bisa aku telaah urat nadinya hingga aku benar-benar mampu bersinergi dengan keadaan.

Berada dalam posisi yang serba salah , berada dalam pilihan-pilihan sulit, diam bukanlah solusi yang tepat namun banyak bicara juga tak akan menyelesaikan masalah.

Aku masih belajar dan terus belajar , entah sampai kapan .. mungkin sampai detik dimana logikaku tak lagi jalan, saat dimana seluruh organ tubuhku memilih untuk terdiam,, saat dimana hanya ada aku dan Dia yang Maha Tahu...

Maha Besar Allah atas segala kehendak_Nya...